12Tahap Penyusunan Salah satu tahap yang menentukan dalam pembuatan kontrak from COM MISC at Andalas University Oleh Eva SyilvaKETIKA pertama kali melihat piring lidi, berbagai pertanyaan terlintas di benak saya. Bagaimana caranya membentuk lidi menjadi sebuah piring? Kenapa lidi ini tidak patah? Bukankah lidi mudah patah jika dibengkokkan? Ini satu piring butuh berapa lidi, ya?Piring lidi yang di Parigi Moutong dikenal pula dengan sebutan ingko merupakan kerajinan tangan berbahan dasar lidi yang dibentuk menjadi piring. Ingko kerap dijadikan alternatif pengganti piring porselen keramik di acara hajatan. Selain mengurangi kemungkinan piring pecah, penggunaan ingko lebih disukai sebab dapat menghemat tenaga yang digunakan untuk mencuci piring. Cukup dialas menggunakan kertas pembungkus makanan atau daun pisang, ingko siap digunakan. Disarankan menggunakan daun pisang, ya. Agar mengurangi sampah yang sulit ingko di Kabupaten Parigi Moutong tersebar di beberapa desa di antaranya, Desa Avolua, Marantale, Tinombo, Kotaraya, Ampibabo, Lemusa, dan masih banyak lagi. Dari Ibu Paulina, pengrajin ingko di Desa Lemusa, pertanyaan saya seputar piring lidi akhirnya Lemusa terletak di Kecamatan Parigi Selatan. Perjalanan dari Kota Parigi ke Desa Lemusa dapat ditempuh selama kurang lebih 20 menit. Hijaunya area pesawahan berlatar pegunungan akan menjadi pemandangan indah yang setia menemani di sepanjang jalan menuju Desa bantuan seorang teman, saya diantar menuju rumah Ibu Paulina yang terletak di kompleks perumahan bantuan bencana banjir Parigi Moutong tahun 2012. Sebagian pengrajin ingko di Desa Lemusa tinggal di lingkungan ini. Yuk, kita intip cara baca Artikel Menarik LainnyaUntuk menganyam satu ingko dibutuhkan 84 batang lidi. Tidak semua lidi dapat dianyam menjadi piring. Jika lidi sudah terlalu kering, maka besar kemungkinan lidi akan patah selama proses pembuatan. Ibu Paulina lebih memilih lidi dari jenis kelapa hibrida. Pengalaman berkarir di dunia ingko membuatnya mengambil kesimpulan bahwa lidi jenis ini adalah pilihan terbaik karena mudah dibengkokkan dan tidak gampang 84 batang lidi telah siap, lidi dibagi menjadi tujuh kelompok yang masing-masing berisi 12 batang lidi. Nah, tujuh kelompok lidi inilah yang kemudian dirangkai silang menyilang hingga tampak dasar piring yang membentuk lingkaran. Dalam proses membentuk lingkaran ini, Ibu Paulina menggunakan tali untuk mengikat pangkal lidi agar rangkaian piring semakin mudah dirapatkan. Ketika rangkaian piring telah terikat kuat, proses selanjutnya adalah mulai untuk Komunitas LiterasiDibutuhkan konsentrasi, kesabaran, ketelitian, dan teknik khusus untuk mengerjakan bagian menganyam. Ketika saya berpikir itu adalah proses tersulit, Ibu Paulina justru berkata sebaliknya. Menganyam, dianggapnya sebagai tahap paling mudah dalam membuat ingko karena dapat dilakukan sambil duduk bersantai dan menonton televisi. Setelah dianyam, selanjutnya adalah membentuk piring dengan cara ditarik dan dirapatkan. Saat piring terbentuk sempurna, tahap berikutnya ialah memotong pangkal dan ujung lidi yang pangkal dan ujung lidi merupakan bagian terakhir dari proses pembuatan ingko. Setelah proses ini selesai, ingkotelah siap untuk dijual pada para pemesan atau pengepul. Namun untuk menaikkan nilai ekonomis, biasanya para pengrajin memilih untuk mempernis terlebih dahulu. Dari pengrajinnya langsung seperti Ibu Paulina, piring lidi dapat dibeli dengan harga untuk satu kerajinan tangan dari lidi tidak hanya terbatas pada ingko. Ketika sudah semakin mahir, para pengrajin dapat naik tingkat membuat tutup saji dan tikar. Karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi, masih sangat sedikit pengrajin lidi yang mampu membuat tutup saji dan tikar. Dilain kesempatan, saya akan mengajak pembaca untuk melihat proses pembuatannya.*Red inMagz Padasaat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempemungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji1 kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Tahap Tahap Membuat Piring Dari Lidi Kita menjual dan siap berkembang suplier piring rajutan lidi murah meriah borongan tentang pangandaran. Pabila ada rekan-rekan yang menginginkan piring rajutan lidi hemat meriah segera hubungi kita. Pabila dikau mendambakan piring anyaman lidi murah meriah dg mutu super dan bermutu guna kebutuhan market pada daerah dikau. Kita siap menyuplai piring anyaman lidi hemat meriah untuk keperluan market, hotel, usaha catering, penginapan serta rumah-rumah. Beragam piring lidi biasanya dibuat bagi pabrik dalam mengisi kesenangan customer. Ada yang terbuat sekitar materi natural, plastik, melamin bahan-bahan yang pula natural seperti kayu, daun, bambu, rotan atau lidi. Piring lidi yang tersusun sekitar bahan alami akhir-akhir berikut ini berevolusi pilihan alternatif bagi beberapa ibu rumah tangga. Opsi berikut ini didasarkan di adanya beberapa kendala yang dia-dia hadapi pada memakai piring tentang materi non organic. Keunggulan Piring Lidi Terkait bilamana orang mendambakan makalah tentang Tahap Tahap Membuat Piring Dari Lidi pastinya sangat beragam. Sebab separuh kalangan menginginkannya cepat, tetapi terdapat pula yg tiada begitu tergesa2. Entah alasannya, di sini kamu bisa mengintip informasi tersebut secara cuma2. Kamu tidak perlu mengeluarkan duit, kecuali koneksi online dan pln. Bahkan kecuali artikel Tahap Tahap Membuat Piring Dari Lidi, anda juga dapat melihat beragam koleksi artikel lain yang terkait. Tak berlebihan jika separuh netizen berlama-lama berselancar di situs ini. Pabila hendak menghubungi admin, langsung saja whatsapp di nomor yang telah tersedia. Published February 17, 2014March 13, 2019 Post navigation Dilansirdari Encyclopedia Britannica, tahap akhir dari pembuatan cerita bergambar yaitu mewarnai gambar. Facebook Twitter LinkedIn Tumblr Pinterest Reddit VKontakte Share via Email Print Leave a Reply Cancel reply Langkah pertama adalah ;masukan sapu lidi kelapa kedalam ember sebanyak 20 ikat atau sampai ember penuhdan padat........ masukan lidi yang masih muda dan yang agak coklat warnanya......... lalu cabut lidi dalam ember yang kita masukan tadi.....cabut lah lidi dari yang paling panjang sampai yang paling pendek sampai ukuran 75cm ........setiap lidi yang kita cabut dari ember taruh lah dahulu secara terpisah jangan sampai tercampur soalnya lidi yang kita cabut sedikt demi sedikit panjangnya tidak sama ..... apabila pencabutan lidi sudah selesai ambilah lidi yang telah kita cabut tadi sedik demi sedik lalu pilih lah sapu yang paling lemas cara pemilihan lidi kita pegang lidi dari atas lidi pucuk seperti digambar pisahkan lidi yang lemas dan yang kaku untuk lidi yang berdiri itu adalah lidi yang kaku...... apabila sudah selesai dalam tahap pemilihan lidi yang lemas lalu kita potong lidi paling panjang dulu dengan ukuran 90cm dan utuk pemotongan lidi yang kurang dari 90 cm cukup potong sedikit saja supaya rapih dan rata....untuk memotong lidi adalah yang harus kita potong bagian bawah lidi jangan bagian atas lidi pucuk..... setelah selesai dalam pemotongan lidi campurkan semua lidi yang telah kita potong tadi lalu aduk sampai rata antara lidi panjang dan pendek setelah selesai siaplak kita akan mulai menganyam SAYA AKAN BERIKAN SEMUA TATA CARA MENGANYAM PIRING LIDI DARI AWAL HINGGA AKHIR PASTI SAYA AKAN BAGIKAN TIPSNYA........ OK SEKIAN DULU DARI SAYA TUNGGU KABAR BERIKUTNYA DARI SAYA OK.....MAKASIH BUAT SEMUANAYA....... ini adalah model piring dobel ini adalah namanya piring engkel atau satu-satu bagian depan dan belakang ini juga sama piring engkel ini adalah piring parsel atau juga tempat buah-buahan Dalamproses pembuatan kerajinan tangan berbahan limbah pabrik mebel sangatlah mudah dan sederhana, sehingga dapat dengan mudah diproduksi dalam jumlah yang banyak. yaitu dengan pembuatan kerajinan dari potongan kayu limbah mebel. Bentuk kerajinan kayu tersebut dapat berupa sabak, tempat pensil, piring saji, dan banyak alternatif lain In our environment there are a lot of things that we think of as leftovers, but in the hands of experts, things that are considered useless can be turned into valuables and have high artistic value, this service uses palm sticks to become woven plates, fruit bowl and parcel. Tiyuh Panaragan is an oil palm plantation area that has plantation waste in the form of multiple palm sticks which have only been destroyed by burning. The purpose of this service is to improve the entrepreneurial skills of the community by utilizing palm sticks and shaping them into objects that are beautiful and useful and have a high selling value. The method used in this mentoring is Asset Based Community Development ABCD. This assistance utilizes the potential of the Tiyuh Panaragan community in Tulang Bawang Tengah District, Tulang Bawang Barat Regency. The result of this service is the mastery of the skills provided in this activity so that the ability of these excellent skills can benefit in increasing entrepreneurship and in the end it can improve the community's economy. Thus the community service in increasing entrepreneurship with the creation of this oil palm stick is running smoothly, although there are several obstacles, these obstacles can be overcome. The skills given in this activity provide more knowledge and skills by utilizing palm oil waste which has been used as waste which has not been utilized properly. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 2, Nomor 1, Juni 2022 44 © The Authors. 2022 Open Access This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution International License Wisanggeni Jurnal Pengabdian Masyarakat Abstract In our environment there are a lot of things that we think of as leftovers, but in the hands of experts, things that are considered useless can be turned into valuables and have high artistic value, this service uses palm sticks to become woven plates, fruit bowl and parcel. Tiyuh Panaragan is an oil palm plantation area that has plantation waste in the form of multiple palm sticks which have only been destroyed by burning. The purpose of this service is to improve the entrepreneurial skills of the community by utilizing palm sticks and shaping them into objects that are beautiful and useful and have a high selling value. The method used in this mentoring is Asset Based Community Development ABCD. This assistance utilizes the potential of the Tiyuh Panaragan community in Tulang Bawang Tengah District, Tulang Bawang Barat Regency. The result of this service is the mastery of the skills provided in this activity so that the ability of these excellent skills can benefit in increasing entrepreneurship and in the end it can improve the community's economy. Thus the community service in increasing entrepreneurship with the creation of this oil palm stick is running smoothly, although there are several obstacles, these obstacles can be overcome. The skills given in this activity provide more knowledge and skills by utilizing palm oil waste which has been used as waste which has not been utilized properly. Keywords Entrepreneurship, Palm Oil Creation, ABCD Pemberdayaan Ekonomi Mikro dalam Pembuatan Kreasi Piring dengan Media Lidi Sawit Nur Alfi Khatamin1, Wiwik Damayanti2, Tohir Muntoha3, Nurazizeh4 1, 2 Institut Agama Islam Ma’arif NU IAIMNU Metro, Lampung, Indonesia 3, 4 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah STIT Darul Ishlah, Tulang Bawang, Indonesia Email nuralfimimin17 Pendahuluan Kesejahteraan masyarakat merupakan hal penting yang harus ditinggkatkan dalam setiap lingkungan, guna menjadikan negara yang maju dan derbudaya baik dalam ekonomi maupun dalam tingkat pendidikan masyarakat. Hal demikian dalam rangka turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia yang lebih baik dan dapat bersaing dengan negara-negara maju yang lain. Intitut Agama Islam Ma’arif NU Metro Lampung, memiliki program pengabdian kepada masyarakat, Pengabdian masyarakat dari Intitut Agama Islam Ma’arif NU Metro Lampung dilakukan oleh para Dosen dalam rangka mengejawantahkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka pengusul akan melakukan pengabdian masyarakat dengan memberikan kegiatan keterampilan dalam memanfaatkan limbah kebun sawit 45 berupa lidi sawit kepada masyarakat Tiyuh Panaragan Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat, di daerah ini limbah berupa lidi sawit sangat berlimpah dan belum ada pemanfaatan limbah ini dengan baik, padahal ditangan orang yang ahli lidi sawit ini dapat dimanfaatkan sebagiai barang bermanfaat dan berkelas, yakni dapat di olah menjadi anyaman berupa piring, mangkuk dan tempat parsel buah. Anyaman lidi ini biasa di temukan dalam jamuan-amuan dalam pesta pernikahan dan lain-lain. Pohon Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang buahnya biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan minyak. Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak. kelapa sawit. Secara umum Pohon Kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu akar, batang, daun, bunga dan buah. Inspirasi memanfaatkan limbah pelepah kelapa sawit yang awalnya hanya dibakar dan dijadikan sampah , kini dijadikan menjadi sebuah kreasi peralatan rumah tangga yaitu menjadi anyaman piring. Piring ini dapat dipakai pada acara formal seperti pernikahan untuk tamu undangan dan acara formal lainnya serta dapat digunakan di restoran atau rumah makan . Dengan pemanfaatan limbah kelapa sawit ini dapat membantu pendapatan warga, terutama pada saat pandemi seperti sekarang ini yang mempengaruhi perekonomian masyarakat. Pemanfaatan limbah pelepah kelapa sawit ini diharapkan dapat terus ditingkatkan sehingga bisa memunculkan inovasi menarik lainnnya Januar Al Amien dkk., 2021. Masyarakat Tiyuh Panaragan merupakan masyarakat yang hidup di daerah perkebunan sawit, dimana daerah ini terdapat sangan banyak limbah kebun sawit yang selama ini tidak dimanfaatkan, potensi inilah yang akan di kembangkan sehingga harapannya masyarakat Tiyuh Panaragan menjadi masyarakat yang kreatif sehingga dapat menghasilkan pendapatan baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Permasalahan yang muncul dalam pengabdian ini adalah masyartakan yang masih dalam kondisi prasejahtera karena hasil pertanian yang tidak menentu akibat cuaca dan akibat naik turunnya harga hasil panen yang sering tidak menguntungkan petani, pendidikan yang dimiliki masyarakat yang rendah, sulitnya permodalan dalam memulai wirausaha mandiri, kurangnya keterampilan masyarakat, Kurangnya keinginan Masyarakat dalam mengembangkan keterampilan. Terdapat beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain terkait dengan pemanfaatan limbah lidi sawit. Diantaranya dilakukan oleh Rianti, M. dkk dengan pemanfaatan limbah lidi kelapa sawit didesa sepahat kabupaten bengkalis, Rianti, M., Syahza, A., 2018, yang membedakan pengabdian ini dengan pengabdian penulis adalah adanya pengenalan dan pengembangan wirausaha masyarakat dansebagai sampel wirausaha adalah pengembangan kreasi lidi kelapa sawit. Pengabdian yang sama pernah dilakukan oleh Nasution, Z. P. S. Penentuan Teknologi Tepat Guna Pemanfaatan Biomassa Kelapa Sawit untuk Pekebun Rakyat Skala UMKM Nasution, Z. P. S. 2020. Meski sama-sama memanfaatkan limbah kelapa sawit tetapi memiliki perbedaan pemanfaatannya karena dalam pengabdian penulis pemanfatannya lebih kepada pemanfaaftan lidi kelapa sawitnya, sementara pemanfaatan sebelumnya lebih kepada pembuatan biogas berbahan limbah kelapa sawit. Pengabdian lain juga dilakukan oleh 46 Zulkarnen Mora, Abdul Latief, Zainuddin, dalam pengabdian ini juga memanfaatkan lidi sawit sebagai bahan dasar pembuatan kreasi Mora, Z., Latief, A., & Zainuddin, Z. 2018., perbedaan dengan pengabdian yang dilakukan penulis ini adalah pada bentuk krasinya yakni berbentuk anyaman sedang pebgabdian sebelumnya berbentuk tenun. Fokus kajian atau tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan keterampilan tentang pembuatan anyaman lidi sawit, sehingga masyarakat Tiyuh Panaragan memiliki kemampuan dalam berwirausaha sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat. Dapat meningkatkan pendapatan keluarga melalui kegiatan berwirausaha, sehingga kesejahteraan keluarga dapat terwujud. Metode Pendampingan ini menggunakan metode Asset Based Community Development ABCD. Pendampingan ini memanfaatkan potensi yang dimiliki masyarakat Tiyuh Panaragan yaitu pemanfaatan limbah kelapa sawit berupa lidi sawit, Berikut langkah-langkah pelaksanaan pendampingan dengan metode ABCD. John McKnight 1993 Model pendampingan dengan menggunakan metode Asset Based Comunity Depelomvent mempunyai lima langkah kunci dalam proses pendampingan. Chirstopher Dureau, 1993, Pertama proses discovery, dalam tahap ini terjadi proses perpindahan tanggung jawab untuk perubahan individu yang berkepentingan. Kedua, dream impian pada tahap ini setiap orang yang berkepentingan akan melakukan perubahan dan eksplorasi harapan dan impian mereka. Ketiga, design merancang, pada tahap ini semua stakeholder terlibat dalam proses belajar tentang keseluruhan kekuatan aset yang dimiliki. harapannya agar dapat dimanafaatkan secara maksimal baik melalui cara konstruktif, inklusif dan kolaboratif demi mencapai tujuan dan harapan yang telah ditetapkan pada tahap dream. Keempat, define menentukan yakni tahap penentuan “pilihan positif”. Tahap kelima, destiny lakukan, proses ini merupakan serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung terus menerus inovasi tentang apa yag akan terjadi. Tahap ini merupakan tahap terakhir yang secara spesifik fokus terhadap cara-cara personal atau organisasi untuk melangkah maju. Hasil dan Pembahasan Langkah-langkah pengabdian kepada masyarakat yang di lakukan menggunakan pendekatan ABCD diantaranya sebagai berikut. 1. Discovery menemukan Teknik wawancara dalam proses discovery menemukan dilakukan melalui percakapan dengan masyarakat Panaragan sebagai peserta dampingan. Wawancara dilakukan untuk menggali persoalan yang dialami dan berdiskusi untuk memecahkan solusinya. Berdasarkan wawancara tersebut didapatkan pengetahuan tentang asset dan potensi yang ada di sekitar masyarakat dampingan. Asset yang ada adalah banyaknya warga produktif terutama pemuda yang memiliki kemampuan berkreasi. Sehingga pelatihan ketrampilan membuat anyaman dari lidi sawit 47 ini memiliki harapan besar untuk berhasil. Pelatihan diberikan selama 2 kali pertemuan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pendampingan yang berkelanjutan. Narasumber yang dihadirkan dalam pelatihan adalah orang-orang yang sudah memiliki kemampuan dalam merangkai dan membuat anyaman lidi sawit dimana sebagian besar adalah pemuda Tiyuh Panaragan. Selain itu dilakukan juga wawancara kepada beberapa Pemuda pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dalam hal ini adalah warga masyarakat Tiyuh Panaragan. Wawancara ini bersifat cerita antara Pemuda dampingan dengan pendamping sehingga yang banyak berbicara nantinya adalah peserta dampingan. 2. Dream impian Dream adalah tahapan dalam upaya menggiring warga masyarakat Tiyuh Panaragan sebagai subjek pengabdian untuk berpola pikir secara kreatif secara kolektif melihat masa depan yang ingin diwujudkan. Tim Pendampingan memberikan pengarahan kepada mahasiswa untuk memikirkan sesuatu yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diharapkan. Pada tahap ini, setiap warga masyarakat mengeksplorasi harapan dan impian mereka baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk masyarakat secara luasnya. Harapan atau impian yang diberhasil dibangun melalui diskusi yang dilakukan secara santai bahwa sebenarnya semuanya sepakat memiliki sebuah impian untuk bisa membangun kemandirian usaha dengan memanfaatkan sebuah kreativitas. Impian lebih lajut lagi sebagai jangka panjangnya, kreativitas terhadap anyaman lidi sawit tidak hanya dijadikan sebagai sasaran pendampingan agar masyarakat dapat berwirausaha namun lebih jauh lagi bagaimana bisa terbentuk sebuah komunitas yang menekuni kreasi dengan memanfaatkan lidi sawit. Adanya komunitas ini, diharapkan nantinya bisa menjadi percontohan dan rujukan bagi masyrakat untuk ikut bergabung membangun usaha dengan memanfaatkan kreativitas masing-masing. 3. Design merancang Proses merancang pengabdian merupakan proses merencanakan harapan berupa mimpi-mimpi yang dimiliki masyarakat dampingan. Pada tahap ini pendamping merancang dan menentukan peserta pelatihan yaitu Pemuda Tiyuh Panaragan dan beberapa tokoh masyarakat. Dengan pertimbangan Pemuda adalah aset Panaragan yang terdiri dari pemuda produktif yang masih memerlukan keterampilan tambahan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal. 4. Define menentukan Pada tahap ini dilakukan Focus Group Discussion FGD. FGD adalah diskusi yang fokus pada suatu group untuk membicarakan suatu masalah tertentu, dalam kondisi dan suasana informal dan lebih santai. Jumlah peserta dalam FGD berjumlah 10 orang pada tahap pertama dan 15 orang pada tahap FGD kedua. Poses FGD tersebut berjalan dengan lancar hingga disepakati kegiatan yang akan dilakukan dalam diskusi antara pendamping dan peserta dampingan. 5. Destiny melakukan 48 Langkah akhir dalam melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati saat FGD dalam rangka memenuhi impian dampingan dengan memaksimalkan pemanfaatan aset. Teori pada dasarnya adalah petunjuk guide dalam melihat realitas di anggota dampingan. teori dijadikan pola pikir dalam memecahan suatu masalah yang ada di masyarakat. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori Asset Based Community Development ABCD, yang mengutamakan pemanfaatan aset dan potensi yang ada disekitar dan dimiliki oleh masyarakat. Untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan masyarakat itu sendiri. Prosedur pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap Persiapan, Persiapan penelitian ini diawali dengan menyiapkan keperluan yang dibutuhkan mencakup kebutuhan pelatihan, mulai dari menentukan karakteristik peserta pelatihan dan cara perekrutannya, menentukan pemateri, persiapan sarana dan prasarana, alokasi waktu kegiatan, materi pembelajaran dan metode yang digunakan dalam proses pelatihan. 1. Peserta pengabdian kreasi lidi sawit ini terdiri dari pemuda masyarakat panaragan yang memiliki bakat dalam bidang kreativitas. Peserta pelatihan sejumlah 35 peserta. 2. Pemateri kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat ini pendamping tidak mungkin dapat melakukan kegiatan pelatihan sendiri mengingat dari segi kompetensi yang dimiliki dan pembagian waktu. Oleh karena itu, pendamping melakukan kerjasama dengan tim yang tentunya telah memiliki kompetensi di bidang seni kreasi anyaman lidi sawit untuk dijadikan narasumber. 3. Narasumber dalam pelatihan dari luar daerah, kedatangan narasumber yang memiliki usaha di bidang seni kreasi anyaman lidi sawit tentunya selain membagikan ilmu dan mempraktikannya langsung, yang tidak kalah penting adalah dampak positif yang diperoleh masyarakat tentang adanya motivasi dari keberhasilan yang telah diperoleh narasumber dalam mengembangkan usaha ini. Tentunya, ini bisa menjadi pemicu semangat dari peserta pelatihan untuk giat dan mengembangkan usaha dalam bidang handmade piring lidi. Hal ini sesuai pula dengan teori motivasi bahwa pelaku yang memiliki pengalaman langsung terhadap suatu kegiatan adalah bagian motivasi ekstrinsik yang dapat memberikan penguatan kepada orang lain untuk mengikuti jejak yang telah dilalui. 4. Sarana dan prasarana, bahan utama dalam kreasi anyaman lidi sawit ini memanfaatkan limbah kebun sawit. Selain itu terdapat bahan-bahan yang perlu dipersiapkan untuk membuat kreasi ini. Berikut ini adalah bahan yang perlu dipersiapkan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu lidi aren atau lidi kawung, pola dari kayu, pisau raut, luju, gunting, gergaji, paku, meteran, dan kursi sudut. Lidi daun kelapa sawit yang di gunakan adalah lidi yang masih segar, sebelum dipergunakan untuk menganyam, lidi di kerik/ dikupas sehingga menghasilkan lidi yang mulus. Gambar 1. Proses Menganyam lidi sawit Untuk pembuatan 1 anyaman dibutuhkan 76 helai lidi sawit. Proses pembuatannya yaitu a. Lidi-lidi yang sudah dikerik kemudian dipisahkan 12 helai di kali 6. b. Kemudian membuat pola awal berbentuk lingkaran dengan 3 helai lidi. c. Setelah itu lidi sawit yang telah dipisahkan 12 helai dibuat melingkar sesuai dengan pola lingkaran yang sudah ada. d. Rapihkan anyaman yang dibuat dari 4 lidi, bertujuan agar hasil anyaman sejajar. e. Jangan lupa untuk selalu mengikuti pola, agar sesuai dengan apa yang diinginkan. f. Setelah terbentuk satu lingkaran atau pola awal kemudian lidi-lidi tersebut ditarik perempat helai untuk dianyam. g. Pola awal yang sudah terbentuk dan sisa dari lidi-lidinya itu dilenturkan dengan tujuan untuk mempermudah proses penganyaman selanjutnya. h. Lidi dipengkorkan agar menghasilkan variasi yang lebih menarik. i. Setelah selesai tarik perhelai lidi yang sudah dipengkorkan. j. Setelah terbentuk anyaman, jangan lupa rapihkan menggunakan gunting baja ringan. k. Potong ujung-ujung lidi dan kepang bagian bawah sawit agar rapih. l. Lidi yang digunakan biasanya lidi yang masih basah 50 m. Dianyam mulai dari bagian tengah dengan membentuk pola tertentu yang berbentuk lingkaran n. Sesuai dengan ukuran yang diinginkan, lidi diselipkan pada ujung lingkaran supaya terbentuk seperti piring. o. Jika piring berdiameter besar biasanya terjadi penyambungan lidi dengan cara ditindih berdasarkan pola anyaman yang dibuat. p. Finishing, dengan diplitur, cat, ataupun proses melamik. Diskusi Hasil anyaman lidi sawit yang dibuat oleh masyarakat dampingan terlihat keunikannya yaitu dari adanya ukurannya yang beragam. Mereka membuat dengan berbagai ukuran, dari mulai yang berdiameter 30 cm sampai 75 cm. Dan dalam proses pembuatannya pun unik, karena dalam membuatnya harus dibentuk berputar mengelilingi anyaman yang sedang dibuat, tujuannya yaitu untuk menghasilkan anyaman yang rapih dan bagus. Pemberdayaan pemuda dalam membuat kreasi lidi sawit menjadi piring lidi mangkuk, dan tempat parsel buah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit ini dilaksanakan berdasarkan strategi yang telah ditetapakan sebelumnya. Dari hasil kreasi ini diperoleh barang-barang berupa anyaman lidi sawi, hal ini memang sudah hampir menjadi kebutuhan dalam setiap acara di Panaragan membutuhkan barang-barang seperti ini. Bahkan kreasi tersebut sekarang ini menjadi bagian penting dalam setiap acara baik acara di tingkat lingkungan, tingkat desa ataupun kecamatan. Dari peserta dampingan juga diperoleh informasi bahwa telah mendapat pesanan dengan menggunakan jasa pembuatan kreasi lidi sawit untuk piring lidi, yang akan digunakan untuk kegiatan hajatat besar, karena ini baru tahap awal ini dan dalam rangka pengenalan kepada masyarakat, maka untuk dana jasa pembuatan anyaman lidi ini belum dipatok harga yang tinggi agar tidak memberatkan pemesan. Kegiatan pengabdian dengan bentuk pelatihan ini tentunya memiliki target untuk menjadi role model dalam membangun kreativitas di masyarakat. Sehingga butuh tindak lanjut kegiatan. Bentuk tindak lanjut kegiatan yaitu adanya pertemuan rutin dan membuat grup sosial media. Gambar 2. Hasil Kreasi Anyaman Lidi Sawit 51 Tidak ada habisnya jika berdiskusi mengenai kreativitas tentunya banyak produk produk yang dibisa dihasilkan dari sebuah sentuhan karya seni. Dengan demikian yang terpenting sebagai sebuah follow up dari pendampingan ini adalah memastikan terbentuknya sebuah komunitas yang nantinya dapat konsisten mengembangkan kreativitas sehingga mampu mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi produk yang memiliki nilai jual yang tinggi. Proses produksi anyaman lidi kelapa sawit mengalami berbagai perubahan dari tahun ketahun sehingga proses produksi semakin lama semakin cepat dan dengan cara yang lebih efisien. Dalam proses menganyam para pengrajin yang notabennya adalah ibu rumah tangga desa pondok menggunakan media pembelajaran online untuk mengupgrade keterampilan mereka agar produksi dapat lebih cepat diselesaikan bahkan dalam memasarkan produknya para pengrajin melalui kelompok wirausaha pondok menggunakan metode kekinian seperti online shop. Dari sisi jenis produknya juga banyak tercipta, tidak hanya piring lidi yang digunakan oleh rumah makan, café atau restoran saja namun juga tersedia produk hidangan buah dan case/sarung toples makanan. Inovasi pun akan terus menerus dikembangkan terutama dari segi proses dan produk kerajinan anyaman sehingga produksi kerajinan akan dapat terus berlangsung dan membawa dampak yang signifikasn terhadap perekonomian masyarakat desa. Kesimpulan Dari pelaksanaan pengabdian dapat disimpulkan bahwa pengabdian masyarakat dalam peningkatan wirausaha dengan kreasi lidi sawit ini berjalan dengan lancer, meski terdapat beberapa kendala namun kendala tersebut dapat teratasi. Keterampilan yang diberikan dalah kegiatan ini memberi pengetahuan dan ketreampilan yang lebih dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit yang selama ini hanya menjadi sampah yang di musnahkan dengan cara di bakar. Namun sampai laporan akhir ini disusun, produk yang dihasilkan belum sepenuhnya dapat meningkatkan pendapatan karena peserta belum diberi bekal pengetahuan bagaimana caranya memasarkan produk yang telah dihasilkan, akan tetapi kemampuan yang telah di miliki diharapkan memberikan langkah awal untuk mengembangkan wirausaha dan pada akhirnya dapat memberi peluang peningkatan nilai ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa inovasi proses dan inovasi produk pada kerajinan anyaman menghasilkan berbagai jenis maupaun design-design futuristik serta dalam menjual produk tersebut para pengrajin melalui kelompok wirausaha sudah merambah pasar yang sangat luas karena menggunakan metode kekinian yaitu online shop Mahfuzi Irwan , 2020. Ucapan Terimakasih Artikel ini merupakan hasil program pegabdian kepada masyarakat berbasis riset, yang difasilitasi oleh lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat LP2M, serta didanai oleh IAIMNU Metro Lampung. Penulis sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada LP2M IAIMNU Metro Lampung. 52 Daftar Pustaka Chirstopher Dureau, “Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan,” Community Development and Civil Society Strengthening Scheme ACCESS, Agustus 2013, 96–97. Januar Al Amien , Raden Muhammad Bima Wisesa , Jonri Arnas , Irene Terauchi Manullang , Della Afri Yanti4 Irawati, ’Pemanfaatan Limbah Pelepah Pohon Kelapa Sawit Menjadi Anyaman Piring Lidi di RT 001 RW 003 Kelurahan Muara Fajar Barat’’, Jurnal Pendidikan Tabusai, Vol. 05, No. 02, 2021. John McKnight dan John Kretzmann, “Building communities from the inside out A path toward finding and mobilizing a community’s assets,” 1993. Mahfuzi Irwan, ’Pemberdayaan Perempuan Desa Pondok Melalui Kelompok Wirausaha Anyaman Lidi’’, Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Volume 8 No. 2 Tahun 2020 Mora, Z., Latief, A., & Zainuddin, Z. 2018. Pelatihan Tenun Dari Limbah Lidi Kelapa Sawit Dengan Menggunakan Atbm Bagi Remaja Di Kabupaten Aceh Tamiang. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 234, 432-439. Nasution, Z. P. S. 2020. Penentuan Teknologi Tepat Guna Pemanfaatan Biomassa Kelapa Sawit untuk Pekebun Rakyat Skala UMKM di Sumatera Utara Menggunakan Pendekatan BOCR-AHP. Inovasi, 171, 85-98. Rianti, M., Syahza, A., Asmit, B., Suarman, S., Riadi, R. M., Bakce, D., & Tampubulon, D.. Peningkatan Pendapatan Masyarakat Melalui Pemanfaatan Limbah Lidi Kelapa Sawit Didesa Sepahat Kabupaten Bengkalis. In Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1, No. 1. 2018 ... Laju pertumbuhan areal perkebunan kelapa sawit ditandai dengan peningkatan kenaikan produksi Crude Palm Oil CPO. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal penting yang harus ditinggkatkan dalam setiap lingkungan, guna menjadikan negara yang maju dan derbudaya baik dalam ekonomi maupun dalam tingkat pendidikan masyarakat [3]. Hal demikian dalam rangka turut berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia yang lebih baik dan dapat bersaing dengan negara-negara maju yang lain. ... Alexander phuk TjilenBeatus TambaipRuloff Fabian Yohanis WaasErwin Nugraha PurnamaGerakan masyarakat ini bertujuan untuk memperluas informasi dan keterampilan organisasi PKK dalam mengawasi tandan dan menyiapkan limbah sawit dan hewan. Tindakan ini didorong oleh kondisi Kampung Muting, sebagai kawasan yang berkembang pesat di wilayah Merauke. Wilayah Ini merupakan salah satu sasaran yang paling utama untuk diaktualisasikan secara serius dan serius dalam kebijakan perbaikan kelapa sawit di Merauke. Kondisi ini memiliki sasaran untuk ibu ibu rumah tangga. Muncul alamat bagaimana limbah kelapa sawit bisa dimanfaatkan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan latihan persiapan dan penyuluhan dengan menggunakan metode persiapan dan penyuluhan administrasi terbuka dan Teknologi Tepat Guna TTG dilakukan dalam tandan dengan materi pengetahuan administrasi, administrasi dan inovasi limbah kelapa sawit dan hewan. Hasil berupa Pertama-tama, informasi dan kemampuan untuk mengawasi tandan. Kepiawaian dalam menangani limbah sawit dan ternak menjadi piring, tikar, briket dan pupuk. Perlakuan pemanfaatan limbah ini diharapkan dapat menjadi alternatif upah rumah tangga masyarakat dan petani kelapa sawit mandiri, terutama di tengah masa restorasi kelapa sawit replanting.... Secara umum kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu akar, batang, pelepah dan buah [3]. Hampir semua bagian dari pohon kelapa sawit dapat dimanfaatkan. ...Azmi AzmiWetri Febrina WetriFebrina Sari FebrinaNovri Jenita Marbun NovriKota dumai adalah salah satu kota di provinsi Riau yang banyak ditumbuhi pohon kelapa sawit dengan luas perkebunan mencapai hektar pada tahun 2019 BPS Kota Dumai. Pohon kelapa sawit adalah pohon istimewa, hampir seluruh bagian dari kelapa sawit dapat dimanfaatkan. Saat proses pemanenan, pelepah harus dipotong untuk memudahkan proses pengambilan Tandan Buah Segar TBS. Pelepah yang jatuh kemudian dikumpulkan dan ditumpuk pada satu tempat dan menjadi limbah. Limbah kelapa sawit ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dikarenakan kurangnya ilmu dan pengetahuan tentang pengembangan limbah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Kegiatan ini dilakukan dengan metode apprenticeship yaitu dengan cara memberikan bimbingan dan langsung mengerjakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih mitra untuk membuat kerajinan dari lidi sawit menjadi berbagai produk seperti piring, kotak tisu, souvenir dan sebagainya. Kata kunci kerajinan tangan, Limbah lidi kelapa sawit, pemanfaatan Mahfuzi Irwanp>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemberdayaan perempuan, inovasi dalam membuat kerajinan anyaman, dan faktor-faktor pendukung serta penghambat keberhasilan pemberdayaan perempuan di Desa Pondok Sei Piring. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif metode studi kasus. Sumber data yang diteliti adalah ketua kelompok wirausaha pondok, pengelola rumah kerajinan, dan pengrajin anyaman. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi serta dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi data, sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan pengrajin anyaman di Rumah Kerajinan Pulau Raja yaitu melakukan pelatihan, melakukan pendampingan, dan evaluasi. Inovasi yang dilakukan yaitu inovasi proses dan produk yang menghasilkan jenis anyaman dan metode pemasaran kekinian yang dapat diaplikasikan pada kerajinan anyaman. Faktor pendukungnya ialah adanya integrasi dana desa, lokasi desa dan bentuk rumah, serta pusat pelatihan perempuan. Sedangkan faktor penghambat yaitu minimnya keterlibatan warga, semakin menipisnya stok generasi penerus dan persaingan harga.

Usahadalam tahap proses pembuatan. yaitu makanan khas daerah minangkabau yang terbuat dari daging sapi dan dikombinasikan dengan kuah kental. Menggunakan daging sapi sebagai bahan baku utamanya, ditambah dengan jeroan, lidah dan dagiang jawi dengan sedikit kuah kental. Sajikan sate dan lontong/ketupat diatas piring,siram kuah sate

Tahap inti dari kegiatan piring lidi yaitu.. A. Survei pasar B. Persiapan bahan baku C. Penentuan mitra usaha D. Perbaikan mutu produk E. Pembuatan produk bahan di setiap,anda membuat sesuatu seharusnya yang anda lakukan itu adalah persiapan bahan baku terlebih dahulu,supaya nanti ketika anda ingin membuat sesuatu sesuai dengan kreasi anda anda tidak perlu untuk menyiapkannya kalau salah membantu anda
. 499 346 447 452 176 498 332 11

tahap akhir dalam pembuatan piring lidi yaitu